myprofile |
previouspost |
myarchives |
mylinks |
bloginfo |
|
|
Monday, June 26, 2006 |
Allie |
Allie memandang jam tangannya dengan gelisah. Sudah hampir jam tiga, tapi sepupunya itu belum muncul juga. Mestinya tiga puluh menit yang lalu mereka sudah harus cabut dari kampus ini.
Dengan mata bak detektif ditelitinya satu-persatu makhluk-makhluk yang bertebaran di halaman kampus. Gara-gara lupa pakai softlens mata Allie jadi nggak begitu jelas melihat. Samar-samar dilihatnya sesosok makhluk yang sedang membelakanginya, sepuluh meter di depan. Jaket biru, jeans item, tinggi lewat satu kepala, nah, kurang apa lagi?
"Elu ini dicari'in koq malah asyik makan es krim di sini? Kayak anak kecil aja!" Allie menepuk bahu sepupunya keras-keras sambil memaki-maki. Tapi... "Eh... eh... uups!"
Apanya yang salah? Ternyata makhluk yang sedang makan es krim itu bukan yang ia cari.
"Sori, saya kira sepupu saya." muka Allie memerah lalu berlari menjauh. Cowok di depannya itu cuma tersenyum.
Sekali lagi Allie tenggelam dalam penungguannya yang panjang. Rada malu juga ia. Apalagi cowok yang dipukulnya keras-keras tadi... ehm, lumayan keren lho!
Selintas timbul ide sableng di otaknya. Gimana kalo salah nepuk lagi, ya? Ah, norak. Masak salah sampai dua kali?
Dari jauh terlihat sepupunya berjalan mendekati. Allie menyipitkan matanya. Dalam jarak kurang dari tiga meter Allie menyimpulkan, kali ini itu memang sepupunya. Seminggu berlalu. Allie melangkahkan kakinya tanpa semangat di sepanjang koridor. Ruang EC 3-3, nah. Ini dia. Dicarinya tempat yang strategis untuk tidur. Tapi yang masih kosong hanya bangku deretan depan. Ya sudah. Terpaksa untuk mata kuliah Sistem Informasi Manajemen ini ia harus buka mata lebar-lebar.
Sesosok makhluk keren memasuki ruangan. Eh, bukankah ia yang pernah Allie kira sepupunya? Asyik nih, ternyata mereka sekelas.
"Kenalkan saya Ferry, dosen pengganti. Hari ini Pak Rudi nggak masuk karena harus mengikuti rapat, jadi saya yang menggantikan. Sampai di mana pelajaran kemarin?" si keren itu bicara sambil menghampiri bangku Allie. Cuma ia satu-satunya yang duduk di bangku paling depan.
Jantung Allie makin berdebar-debar. Jadi? Orang ini dosen? Koq...
"Lihat catatanmu sebentar."
Dengan gugup Allie menggeledah tasnya. Jadi... yang sudah kumaki-maki dan kupukul keras-keras itu dosen?
Menit demi menit berlalu. Allie merasa beruntung sekali. Ternyata orang ini selain ganteng, juga pintar. Lihat saja, dari samping kiri, samping kanan, belakang, apalagi depan, dilihat dari manapun ia tetap keren. Suaranya bagus, cara ngajarnya enak, agak-agak lucu, baru saja lulus S1 (berarti usia nggak jauh-jauh amat dari Allie), kurang apalagi, coba? Oh, ada yang kurang ding. Cowok itu nggak naksir Allie. Coba kalo naksir...
Di kuliah berikutnya mendadak Allie berubah jadi rajin. Penampilannya juga lebih cantik dibanding yang dulu-dulu. Sebelum kuliah ia membaca buku literaturnya lebih dulu, biar kalo ditanya nggak diem aja. Biar kesannya pinter, gitu lho.
"Hari ini kita agak santai, soalnya materi sudah selesai. Gimana kalo kita diskusi saja? Boleh tentang apa saja." Ferry ngomong. Tambah hari tambah cakep saja ia, pake hem lengan panjang putih dan celana panjang hitam, rambutnya item kayak di iklan-iklan sampo, mukanya bersih berseri-seri. Allie jadi makin suka sekaligus merana.
Banyak sekali yang antusias pada ajakan 'diskusi apa saja' itu. Pertanyaan yang diajukan juga aneh-aneh, seperti:
"Pak Ferry, rumahnya di mana?" di luar kota, tapi kos di dekat kampus.
"Sudah punya pacar? Istri?" belum.
"Nomor teleponnya berapa?" dijawab dengan senyuman.
"Koq bisa pinter, makanannya apa?" ia tersenyum lagi.
"Apa sudah naksir cewek?" dijawab, mungkin..
Eh, apa? Nggak salah dengar nih? Allie jadi patah hati.
"Ceritanya gini, nih. Ada cewek mukul bahu saya, dikiranya saya orang yang ia kenal. Pas saya noleh, eh, cewek itu mukanya jadi merah. Malu, kali. Saya kira sudah nggak bisa bertemu lagi, tapi ternyata seminggu kemudian ia ada tepat di depan saya, dan juga minggu-minggu berikutnya. Pokoknya, tiap ketemu dia saya merasa senang sekali."
Mendengar itu Allie jadi ingin pingsan. Jangan-jangan aku, tapi bisa saja bukan.
Sore itu sepulang kuliah waktu Allie menunggu sepupunya dekat pintu gerbang, Ferry menghampirinya. Jantung Allie berdebar kencang.
"Hai, ini keempat kalinya kita bertemu. Nunggu sepupu, ya?" Ferry mengulurkan tangannya. "Nama saya Ferry."
"A... Alison."
Hari yang ajaib untuk seorang yang sedang jatuh cinta!
Tamat. (Cerpen "Allie" ditulis oleh Effi) |
|
|
|
|
Cuma mo ngetes apakah box dan border untuk komen udah pas.
|
|
<< HOME |
|
|
|
|
|
Cuma mo ngetes apakah box dan border untuk komen udah pas.